SEMARANGUPDATE.COM – 2nd International Conference on Social Environment Diversity (ICOSEND) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Semarang (USM) tidak hanya menyoroti aspek lingkungan dan kebijakan, tetapi juga menekankan pentingnya pendekatan sosial dan psikologis dalam membangun ketahanan kota pesisir.
Konferensi internasional yang berlangsung pada 16–17 Desember 2025 dan digelar secara daring, menjadi ruang dialog ilmiah untuk membahas dampak bencana lingkungan terhadap kehidupan sosial dan kesehatan mental masyarakat.
ICOSEND 2025 menghadirkan para pembicara utama terkemuka dari berbagai negara, di antaranya Prof Dr rer nat Habil Marcus Stueck dari University of Leipzig, Jerman, Prof Dr Kessi Widjayanti dari Universitas Semarang, Indonesia, Sayaka Takano, PhD Faculty of Policy Studies, Chuo University, Jepang, serta Dr Marwa I Saad El-Din PhD dari Suez Canal University, Mesir.
Rektor Universitas Semarang, Dr Supari ST MT, menegaskan bahwa pelaksanaan 2nd International Conference on Social Environment Diversity (ICOSEND) 2025 menjadi bukti keseriusan Universitas Semarang dalam berkontribusi pada pembahasan isu-isu strategis berskala global, terutama yang berkaitan dengan ketahanan dan keberlanjutan kota pesisir.
Ia menuturkan bahwa ICOSEND 2025 melibatkan akademisi, peneliti, serta praktisi dari berbagai negara sebagai bentuk penguatan kolaborasi internasional dalam merespons kompleksitas tantangan lingkungan dan sosial.
Menurutnya, persoalan ketahanan kota pesisir saat ini tidak lagi terbatas pada konteks lokal, melainkan telah berkembang menjadi agenda global yang menuntut kerja sama lintas negara dan multidisiplin.
“Keterlibatan pembicara dari berbagai negara menegaskan bahwa isu ketahanan dan keberlanjutan kota pesisir merupakan tanggung jawab bersama yang hanya dapat diatasi melalui kolaborasi global,” kata Dr. Supari.
Sementara itu Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip, Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM, menjelaskan bahwa salah satu fokus risetnya adalah pengembangan UMKM industri batik berkelanjutan dengan pendekatan inovasi ramah lingkungan yang memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
Ia memperkenalkan model strategi bisnis hijau yang mengintegrasikan disiplin ilmu utama dan lintas disiplin melalui perspektif RAToC, sebagai upaya menghadirkan kebaruan yang relevan dengan dinamika industri dan kebutuhan komunitas.
“Inovasi hijau berperan penting dalam meningkatkan ketahanan dan daya saing industri berbasis masyarakat, termasuk industri batik. Pemanfaatan pewarna alami dari tanaman kelor menjadi contoh solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi dan sosial bagi pelaku usaha,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Konferensi ICOSEND 2025, Dr Amri Panahatan Sihotang SS SH MHum, menjelaskan bahwa konferensi ini dirancang sebagai ruang dialog ilmiah yang menekankan solusi multidisiplin.
Ia menyebut keterlibatan akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara menunjukkan tingginya relevansi ICOSEND di tingkat global.
“ICOSEND 2025 menekankan pentingnya pendekatan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan sosial, khususnya di wilayah pesisir,” ujarnya.
Menutup rangkaian kegiatan, Wakil Rektor I USM, Prof Dr Ir Haslina MSi urut menyampaikan apresiasi kepada para pemakalah, penelaah, serta seluruh peserta yang berpartisipasi aktif dalam ICOSEND 2025.
Menurutnya, mutu makalah yang dipresentasikan, termasuk publikasi yang diterbitkan melalui Atlantis Press dan terindeks Scopus, menunjukkan tingginya standar akademik sekaligus menegaskan kualitas ilmiah ICOSEND 2025 sebagai forum konferensi internasional.
Hal senada disampaikan Co–General Chair ICOSEND 2025, Dr Erwin menegaskan bahwa tujuan utama penyelenggaraan ICOSEND adalah mendorong publikasi ilmiah, baik dari dosen Universitas Semarang maupun peneliti dari dalam dan luar negeri.
Hasil publikasi tersebut diharapkan tidak hanya berkontribusi pada pengembangan keilmuan, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.
“Publikasi hasil riset ini merupakan bagian dari kontribusi nyata Universitas Semarang kepada masyarakat, sekaligus bentuk tanggung jawab akademik dalam menjawab persoalan sosial dan lingkungan,” jelasnya.
Dari sudut pandang peserta, Dr. Andyan Pradipta Utama, dosen Universitas Mercu Buana, menilai ICOSEND 2025 sebagai forum internasional yang sangat bermanfaat bagi akademisi.
“Kegiatan ini sangat menarik karena bertaraf internasional dan menghasilkan prosiding Scopus yang penting bagi dosen dan peneliti,” ungkapnya.
Melalui ICOSEND 2025, Universitas Semarang kembali menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya berfokus pada aspek teknis pembangunan, tetapi juga pada penguatan dimensi sosial dan psikologis masyarakat. Konferensi ini diharapkan mampu menghasilkan kontribusi akademik yang berdampak nyata bagi peningkatan kualitas hidup dan ketahanan masyarakat pesisir.
ICOSEND 2025 juga menunjukkan kualitas dan kredibilitas internasional yang kuat dengan melibatkan peneliti dari berbagai negara serta menerima 90 makalah ilmiah yang akan dipublikasikan melalui Atlantis Press dan terindeks Scopus.
Lima subtema utama yang dibahas mencakup keberlanjutan lingkungan, dimensi sosial-budaya, tata kelola, manajemen risiko bencana, serta inovasi teknologi untuk kota pesisir.







