SEMARANGUPDATE.COM – Upaya pengusulan ulama besar asal Semarang, Kiai Haji Muhammad Sholeh bin Umar as-Samarani atau KH Sholeh Darat, sebagai Pahlawan Nasional semakin mendapat dukungan luas.
Pemerintah Kota Semarang bersama Universitas Diponegoro dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menggelar International Seminar on “The Legacy of K.H. Sholeh Darat for Indonesian Independence as the Basis for Proposal of the National Hero Title” di Ballroom Rama Shinta, Patra Semarang Hotel & Convention, Selasa (11/11).
Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat bukti historis dan akademik atas peran KH Sholeh Darat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Hadir dalam acara tersebut berbagai tokoh nasional dan internasional, antara lain Kepala Arsip Nasional RI Mego Pinandito, Ketua BAZNAS RI Prof. Dr. K.H. Noor Achmad, jajaran Forkopimda Kota Semarang, serta sejumlah akademisi dan ulama dari dalam maupun luar negeri.
Dari luar negeri, tampil tiga narasumber utama yakni Dr. Suryadi, M.A. dari Leiden University Belanda, Prof. Dr. Mohd. Roslan Bin Mohd. Nor dari Universiti Malaya Malaysia, dan Prof. Dr. Khairudin Al Juned dari National University of Singapore.
Mereka membahas kontribusi besar KH Sholeh Darat dalam membangun intelektualisme Islam, menumbuhkan nasionalisme, dan menyebarkan nilai-nilai keilmuan yang menjadi dasar pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, yang hadir mewakili Wali Kota Agustina Wilujeng, menyampaikan bahwa perjuangan KH Sholeh Darat dilakukan melalui dakwah dan ilmu pengetahuan.
“Beliau adalah ulama yang berjuang dengan pena, bukan senjata. Pemikiran dan karya-karyanya membentuk karakter Islam Nusantara yang damai dan cinta tanah air. Banyak muridnya yang kelak menjadi tokoh besar seperti K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan,” ujar Iswar.
Ia menambahkan, Pemkot Semarang bersama masyarakat dan Nahdlatul Ulama terus berupaya mengumpulkan arsip, manuskrip, dan dokumen penting untuk memperkuat pengusulan KH Sholeh Darat sebagai Pahlawan Nasional.
Sementara itu, Kepala ANRI Mego Pinandito menegaskan bahwa perjuangan KH Sholeh Darat merupakan bentuk jihad intelektual yang membangun kesadaran bangsa.
“Kalau Pangeran Diponegoro berjuang dengan senjata, maka KH Sholeh Darat berjuang dengan ilmu dan tulisan. Inilah bentuk perjuangan pemikiran yang menjadi dasar kebangkitan bangsa,” katanya.
Mego juga mengajak masyarakat berpartisipasi menyerahkan naskah atau kitab karya KH Sholeh Darat agar dapat direstorasi dan didigitalisasi, sehingga menjadi warisan pengetahuan bagi generasi selanjutnya.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng dalam sambutannya menyebut, pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi KH Sholeh Darat merupakan bentuk tanggung jawab moral terhadap sejarah bangsa.
“Beliau bukan sekadar ulama, tetapi pendidik visioner yang menyalakan obor kebangsaan dan membuka akses ilmu bagi masyarakat luas melalui karya berbahasa Jawa Pegon,” tulis Agustina.
Seminar internasional ini juga menghadirkan diskusi lintas negara yang membahas transliterasi naskah, tafsir Pegon, hingga jaringan ulama Jawa-Haramain. Para peserta sepakat bahwa upaya pengusulan KH Sholeh Darat harus diiringi dengan digitalisasi karya-karyanya agar dapat dipelajari oleh generasi muda.
Kolaborasi antara Pemerintah Kota Semarang, ANRI, perguruan tinggi, pesantren, dan masyarakat diharapkan menjadi tonggak penting dalam melengkapi berkas pengusulan agar KH Sholeh Darat segera ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.







