SEMARANGUPDATE.COM – Pemerintah Kota Semarang menegaskan komitmennya menjaga ketahanan pangan sepanjang 2025 dengan fokus pada stabilitas harga, keamanan pangan, dan pengurangan food waste.
Intervensi cepat dilakukan di lapangan untuk merespons laporan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang masih mencatat status waspada harga di sejumlah kecamatan.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menyampaikan bahwa langkah awal difokuskan pada wilayah yang mengalami tekanan harga.
“Langkah Pemkot Semarang menangani status waspada harga pangan di Genuk dan Pedurungan dilakukan melalui Gerakan Pangan Murah dengan Kempling Semar dan Pak Rahman,” ujarnya, baru-baru ini.
Program ini digelar di delapan titik Kecamatan Genuk pada 25–28 November 2025 dan 19 November 2025, serta delapan titik di Kecamatan Pedurungan pada 10–13 November 2025.
Kempling Semar menjadi instrumen utama pengendalian harga pangan karena mampu menjangkau kelurahan hingga RW dan memotong rantai pasok.
“Program Kempling Semar menjangkau kelurahan hingga RW dan memotong rantai pasok sehingga harga lebih stabil,” jelasnya.
Sejak diluncurkan pada 10 Juli hingga 31 Oktober 2025, Kempling Semar telah hadir di 640 titik dengan prioritas wilayah berpenduduk kurang mampu.
Selain menjaga harga, Pemkot juga memperkuat aspek keamanan pangan. Agustina menegaskan capaian Kota Semarang sudah melampaui target.
“Capaian keamanan pangan post market 87,3 persen dan bila digabungkan dengan pre market menjadi 94,27 persen. Target 90 persen sudah terlampaui,” katanya.
Pengawasan dilakukan melalui program Jempol Pak Kuat, MATA DEWA, Tim JKPD, kader Dermawan, serta pembentukan PASEMARANG di 34 pasar rakyat.
Isu food waste turut menjadi perhatian. Melalui program Srikandi Pangan yang diluncurkan 19 Agustus 2025, Pemkot mengedukasi masyarakat lewat Gerakan Sayang Pangan dengan ibu rumah tangga sebagai agen perubahan. Targetnya adalah penyelamatan pangan minimal 10 persen.
“Kegiatan ini berupa edukasi Gerakan Sayang Pangan dan pembentukan agen perubahan, dengan Ibu Rumah Tangga sebagai sasaran utama dan target penyelamatan pangan minimal 10 persen,” jelas Agustina.
Dari sisi sosial ekonomi, Kempling Semar membantu masyarakat berpendapatan rendah memperoleh bahan pokok dengan harga terjangkau.
Meski sempat menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha, Pemkot memastikan program ini tidak menghambat ekonomi lokal.
“Kekhawatiran persaingan usaha dapat diatasi dengan melibatkan pelaku usaha lokal sebagai bagian kios pangan,” tegas Wali Kota.
Seluruh langkah ini menjadi fondasi ketahanan pangan Kota Semarang sepanjang 2025.
Pemerintah menargetkan program berjalan terpadu hingga akhir tahun, seiring meningkatnya kebutuhan pangan menjelang 2026.
“Pemkot menargetkan Kota Semarang dapat mencapai kondisi ketahanan pangan yang semakin tangguh pada 2025 dan tahun-tahun berikutnya,” tutup Agustina.







