Inovasi CKRAWALA BUANA, Pemkot Semarang Sukses Tekan Kasus DBD

Inovasi CKRAWALA BUANA, Pemkot Semarang Sukses Tekan Kasus DBD
Inovasi CKRAWALA BUANA, Pemkot Semarang Sukses Tekan Kasus DBD

SEMARANGUPDATE.COM – Perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi kesehatan masyarakat, khususnya dengan meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat nyamuk Aedes aegypti.

Semarang, kota pesisir dengan topografi beragam, menghadapi risiko tinggi penyakit berbasis iklim ini. Sejak 2023, Dinas Kesehatan Kota Semarang meluncurkan CKRAWALA BUANA, sistem adaptif berbasis data untuk menangani DBD.

Kepala DKK Kota Semarang, Abdul Hakam, menjelaskan bahwa CKRAWALA BUANA dirancang untuk merespons cepat dinamika penyakit terkait iklim. Dengan mengintegrasikan data kesehatan dan informasi cuaca, sistem ini memetakan risiko dan memperkuat deteksi dini serta intervensi di wilayah rentan.

“Dengan integrasi data spasial, peta kerentanan wilayah terhadap DBD diperbarui secara periodik sebagai dasar pengambilan keputusan,” kata Hakam.

Data terbaru tahun 2025 mengidentifikasi wilayah berisiko tinggi DBD, seperti Cangkiran, Polaman, Bulustalan, dan lainnya. Pemetaan ini menjadi panduan penting bagi intervensi oleh tim kesehatan dan masyarakat.

Inovasi CKRAWALA BUANA menunjukkan efektivitasnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, angka Incidence Rate (IR) DBD menurun dari 23/100.000 penduduk pada 2023 menjadi 19 pada 2024, dan hanya 4 hingga April 2025. Penurunan Case Fatality Rate (CFR) juga mencatat penurunan dari 16 kasus kematian pada 2023 menjadi 6 kasus pada 2024, dan hanya 2 kasus hingga April 2025.

Penurunan angka ini menjadi bukti keberhasilan CKRAWALA BUANA dalam menganalisis tren penyakit dan menyesuaikan strategi respons sebelum lonjakan kasus terjadi. Partisipasi aktif warga turut menjadi penentu keberhasilan dan dampak dari inovasi ini.

“Perubahan iklim menuntut kita bergerak lebih adaptif. CKRAWALA BUANA adalah bukti bahwa dengan inovasi dan kolaborasi, kita bisa menjaga masyarakat tetap sehat meski tantangan iklim semakin nyata,” pungkas Hakam.

Melalui strategi ini, Kota Semarang memperkuat diri sebagai kota tangguh menghadapi tantangan iklim, menjadi contoh bahwa sinergi, data, dan aksi nyata masyarakat bisa menjadi kunci menghadapi risiko kesehatan masa depan.

Pos terkait