SEMARANGUPDATE.COM – Dalam rangka upaya pencegahan banjir dan mengurangi volume sampah organik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Pemerintah Kota Semarang mendorong warganya menerapkan pembuatan lubang resapan biopori.
Melalui program 100 hari kerja, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng menekankan pentingnya pengelolaan limbah organik dari hulu ke hilir. Tahun 2025, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang memperbanyak lubang biopori di semua wilayah kecamatan. Bahkan, DLH juga siap melayani permintaan masyarakat terkait pembuatan biopori.
Kepala Dinas DLH Kota Semarang, Arwita Mawarti mengatakan, mulai tahun 2025 penerapan lubang resapan biopori dilakukan di 16 kecamatan secara masif agar lebih optimal.
“Warga yang mengajukan, kita layani hingga kita ajari teknisnya agar masyarakat nantinya bisa bikin sendiri (lubang biopori), ” ujarnya, Senin (16/6).
Menurutnya, lubang biopori akan sesuaikan dengan tipologi tanah. Kedalaman lubang biopori di daerah pesisir dengan Semarang bagian tengah dan Semarang bagian atas, tentu berbeda.
“Diameternya antara 25 sampai 30 cm, panjang menyesuaikan tipologi wilayah. Daerah Semarang bagian atas panjangnya bisa 100 cm sedangkan Semarang bagian bawah panjangnya mencapai 50 cm, ” bebernya.
Arwita menjelaskan biopori bermanfaat untuk peresapan air di saat hujan sehingga air hujan tidak langsung masuk ke drainase. Bahkan di daerah yang miring, pemanfaatan biopori juga dapat mengantisipasi adanya longsor.
Kemudian yang kedua, biopori bermanfaat juga sebagai kompos dengan memanfaatkan sampah organik dan daun-daun yang rontok sehingga tidak harus membeli pupuk.
“Dengan demikian sesuai instruksi Wali Kota Semarang, biopori bisa menjadi salah satu upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yakni pencegahan banjir dan bisa mengurangi volume sampah organik di TPA Jatibarang,” kata Arwita.
Sebagai informasi, pada tahun 2024 Pemkota Semarang menekankan pentingnya pembuatan biopori di jalan-jalan protokol Kota Semarang, terutama di daerah yang sering mengalami genangan air saat hujan, seperti Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda.
Pemkot Semarang mentargetkan pembuatan 5.000 titik biopori di seluruh kota, dimulai dengan 100 titik di enam jalan utama, yaitu Jalan Sultan Agung, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, Jalan Pahlawan, Kalisari, dan Jalan Pemuda.
Selain itu, DLH juga akan memperbanyak biopori di 17 titik Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tersebar di 11 kecamatan Kota Semarang.
Di samping itu, DLH juga telah membuat dan mensosialisasikan pembuatan biopori di lokasi-lokasi yang terdapat Proklim.