Bathi Moelyono Penyintas dan Pejuang Keadilan Petrus Meninggal Dunia

Bathi Moelyono
Bathi Moelyono

SEMARANGUPDATE.COM – Bathi Moelyono, atau yang akrab disapa BM, penyintas peristiwa Penembakan Misterius (Petrus) tahun 1982–1985, telah meninggal dunia di RSCM Kencana Jakarta pada Kamis (1/5) malam. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka Jl Permata Semeru blok C No 1A Semarang.

Sepanjang hidupnya, BM dikenal sebagai aktivis yang gigih memperjuangkan keadilan bagi para korban Petrus.

Dalam sebuah diskusi publik bertajuk “Orba dan Praktik Extra-Judicial Killing: Suara Penyintas Penembakan Misterius 1982–1985” yang diadakan oleh Klinik Hukum dan Advokasi Hak Asasi Manusia Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 23 September 2021, BM mengungkapkan kesaksiannya mengenai kekerasan sistematis pada era Orde Baru.

BM menyatakan bahwa Presiden Soeharto kala itu diduga menikmati rangkaian pembunuhan.

“Soeharto sangat menikmati pembunuhan itu. Tiap pagi dia membaca koran sambil minum kopi, melihat jumlah korban yang diberitakan,” ujarnya.

BM juga menjelaskan bahwa operasi Petrus bukan tindakan spontan, melainkan bagian dari skenario terencana yang dimulai dengan Operasi Clurit di bawah Pangkopkamtib Jenderal Sudomo.

Ia mengajak publik membayangkan skala pembunuhan selama tiga tahun, dengan satu korban tewas setiap harinya.

Sebelum peristiwa Petrus, BM sudah masuk dalam daftar target militer dan menjadi buronan utama secara nasional.

Ia sempat dipanggil oleh institusi militer di Semarang dan memutuskan untuk melarikan diri selama satu dekade, termasuk bersembunyi di Gunung Lawu hingga muncul kembali setelah runtuhnya rezim Soeharto pada 1998.

Sebagai Ketua organisasi korban Petrus, Fajar Menyingsing, yang memiliki sekitar 6.000 anggota, BM menegaskan bahwa tidak semua korban adalah preman atau residivis. Beberapa korban bahkan adalah mantan tahanan politik atau pekerja biasa.

BM juga menyinggung pernyataan Soeharto dalam buku “Soeharto: Ucapan, Pikiran, dan Tindakan Saya”, yang dianggap sebagai pengakuan terhadap keterlibatan dalam Petrus. Ia mengutip Wakil Presiden Adam Malik yang menyatakan bahwa para korban tidak perlu diberi hak untuk membela diri.

Mengakhiri pernyataannya, BM menyampaikan kekecewaannya terhadap lambannya proses penegakan keadilan.

“Saya sudah tidak peduli apakah kasus ini mau dibuka atau tidak,” tegasnya.

Ia juga mengapresiasi peran aktivis hukum dan HAM, HJC Princen, yang berkontribusi dalam membongkar kasus Petrus hingga mendapatkan perhatian internasional.

Pos terkait